Jumat, 28 Februari 2014

Rahasia Didalam Mimpi

Star Cast:Syeikh Ali Jabeer

Mimpi adalah fenomena yang harus disikapi dengan tepat oleh setiap muslim. Mimpi bisa menjadi penggelincir keimanan kaum muslim bila tidak disikapi dengan tepat. Mimpi bisa menjadi pengingat dan pesan untuk semakin taat kepada Allah. Dalam video ini ada cara untuk menyikapi mimpi dengan baik dan tepat.

»»  Baca Selengkapnya..

Minggu, 16 Februari 2014

Tutorial Jilbab

»»  Baca Selengkapnya..

Sabtu, 15 Februari 2014

Wisata Hati by Yusuf Mansyur

»»  Baca Selengkapnya..

Meraih Kebahagiaan Hakiki

Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah, Dzat yang penuh kasih sayang kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada utusan-Nya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta keluarga, para sahabat, dan umatnya yang ta’at mengikuti sunnah-sunnahnya. Bahagia, sebuah harapan yang siapapun pasti ingin mendapatkannya. Hingga seorang penjahat yang sangat bengis pun pasti dia ingin hidup bahagia. Banyak orang menempuh jalan-jalan yang mereka anggap jalan menuju kebahagiaan. Apakah benar mereka menuju kebahagiaan atau jangan-jangan menuju kebinasaan? Lalu kebahagiaan macam apakah yang mereka cari? Lantas bagaiamanakah caranya agar kita benar-benar mendapatkan kebahagiaan yang hakiki? Jalan Kebahagiaan Jalan kebahagiaan yaitu jalan yang selalu kita minta kepada Allah Ta’ala setiap kali kita shalat, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah : 6-7) Lalu jalan siapakah yang Allah telah beri nikmat
kepada mereka? Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Yaitu jalan orang-orang yang disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya (yang artinya), “Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, Para shiddiiqiin (orang-orang yang teguh kepercayaannya kepada Nabi), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS. AnNisaa’ : 69)(lihat Tafsir Ibnu Katsir) Dan mereka itulah orang-orang yang sudah jelas dijamin kebahagiaannya oleh Allah Ta’ala. Bahagia Semu dan Bahagia Hakiki Banyak orang tertipu akan kemilau dan gemerlapnya dunia. Ada yang berjuang mati-matian mengumpulkan harta, ada yang mencari gelar dan pangkat setinggi langit, dan ada juga yang menceburkan dirinya ke dalam ketenaran di mata manusia. Dan jika mereka semua ditanya, pasti mereka sedang mencari kebahagiaan dengan hal itu. Namun itu semua adalah bahagia yang semu, bahagia yang berujung sengsara jika telah hilang apa yang mereka cari. Syaikh Dr. Nashir bin Sulaiman Al ‘Umar hafizhahullah mengatakan, “Betapa banyak orang yang kaya raya kemudian tiba-tiba lenyap hartanya, dan hilang kekayaannya oleh suatu sebab, kemudian sisa hidupnya penuh dengan penderitaan dan kebinasaan” (As Sa’adatu bainal wahmi wal haqiqati, hal. 4) Kebahagiaan Hakiki Kita sudah tahu, ternyata apa yang diusahakan oleh kebanyakan manusia untuk memperoleh kebahagiaan tidak mengantarkan mereka kepada kebahagiaan yang hakiki. Memangnya dengan harta, dengan jabatan, atau dengan makanan yang lezat kita bisa bahagia? Namun apakah itu semua adalah sebenar-benar kebahagiaan? Melihat semua itu, ketahuilah bahwa bahagia ada dua macam, yaitu : 1. Kebahagiaan Inderawi, seperti berlimpahnya makanan yang lezat, minuman yang segar, pakaian, kendaraan, dan apa saja yang menjadi kebutuhan utama hidup kita dan tidak lebih dari itu. Maka kebahagiaan semacam ini bisa dirasakan baik oleh orang-orang yang beriman maupun orang kafir 2. KebahagiaanRohani, yaitu dengan bahagianya hati, lapangnya dada, pemandangan yang menyejukkan mata, dan ketenangan hidup. Dan inilah kebahagiaan yang seandainya bisa dibeli dengan uang niscaya orang-orang kaya pun akan berlomba untuk membelinya, samapai-sampai orang yang miskin sekalipun akan rela berhutang untuk mendapatkannya. Namun bukanlah demikian adanya, akan tetapi kebahagiaan ini hanya diberikan kepada hamba-hamba Allah yang Dia kehendaki.(lihat Risalah ‘Ilmiyyah Syaikh Abdul Aziz As Sadhan) Sebab-sebab Memperoleh Kebahagiaan Hakiki Allah Ta’ala memberikan resep hidup bahagia yang sebenar-benarnya (hakiki) di dalam firman-Nya (yang artinya), “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl : 97) Semua itu bisa kita dapatkan jika kita mau beramal shaleh disertai dengan penuh keimanan dan keihklasan mengharap ridha Allah dan sesuai tuntunan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amal-amal Shaleh yang Bisa Menjadi Sebab Mendapatkan Kebahagiaan 1. Kuatnya tauhid Maka seorang mu’min yang kuat di dalam mentauhidkan Allah Ta’ala tidak akan pernah menyandarkan nikmat dan bencana kecuali kepada-Nya. Maka sungguh indah apa yang dikatakan oleh Al Qadhi Syuraih, “Tidaklah aku ditimpa suatu musibah kecuali aku tetap memuji Allah Ta’ala karena empat perkara : Pertama, karena Allah memberikan kesabaran kepadaku untuk menghadapinya; Kedua, karena Allah memberikan aku kesempatan untuk ber-istirja’(yaitu mengatakan : ”Inna lillāhi wa innā ilaihi rāji’uun”); Ketiga, Allah tidak memberikan kepadaku musibah yang lebih besar darinya; Keempat, Allah tidak menjadikan musibah itu di dalam agamaku” 2. Berdoa dan merendahkan diri hanya kepada Allah Ta’ala semata Seseorang yang ketika dia berdo’a hanya ditujukan kepada Allah pastilah hatinya akan merasa tenang dan yakin. Dengan hal itulah dia akan selalu bahagia. Karena dia meminta kepada Dzat yang Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan do’a setiap hamba-Nya.“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah) : bahwasanya Aku itu dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku” (QS. Al Baqarah : 186) 3. Menjaga shalat fardhu lima waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan shalat lima waktu bagaikan sungai yang mengalir deras di depan pintu kalian, yang ia pergunakan untuk mandi lima kali sehari semalam” . Al Hasan mengatakan, “Mungkinkah ada kotoran yang tersisa?” (HR. Muslim) Kaum muslimin rahimakumullah, marilah kita jaga shalat lima waktu kita. Dan wajib bagi kaum laki-laki berjamaah di masjid. Karena shalat yang ditegakkan dengan sebenar-benarnya itu akan mencegah sesorang dari perbuatan keji dan mungkar. 4. Memperbanyak amalan-amalan sunnah setelah yang wajib Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman : Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada amalan yang Aku wajibkan atasnya. Dam hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya.”(HR. Bukhari) 5. Berkumpul dan bergaul dengan orang-orang yang shaleh dalam majelis-majelis ilmu Tidaklah kita dapatkan dari orang-orang yang shaleh kecuali perkataan yang baik, akhlak yang baik, dan semua kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberikan hadiah minyak wangi kepadamu, atau engkau akan membeli minyak wangi darinya, atau setidak-tidaknya engkau akan mendapatkan bau semerbak wangi (dari minyak wangi yang ia jual). Adapun bersama tukang pandai besi, bisa jadi bajumu akan terbakar, atau jika tidak engkau pasti akan mendapati bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim) 6. Interospeksi diri Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya interospeksi diri termasuk perkara yang bisa menyelamatkan seseorang dari siksa kubur”. Kemudian beliau melanjutkan, ”Hendaknya seseorang duduk mengingat Allah sesaat sebelum tidurnya, kemudian dia koreksi dirinya atas kerugian dan keuntungan yang dia dapatkan hari ini, lalu dia memperbaharui taubatnya kepada Allah Ta’ala, dia pun tidur dengan membawa diri yang sudah bertaubat. Dan dia lakukan setiap hari.” (Ar Ruh li Ibnil Qoyyim, 1/345) (lihat Risalah ‘Ilmiyyah Syaikh Abdul Aziz As Sadhan) Penutup Sebenarnya masih banyak amal-amal ibadah yang bisa mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang hakiki. Namun di sini hanya disampaikan beberapa saja yang paling besar manfaatnya. Tentunya kita tidak bisa melakukan semua usaha untuk memperoleh kebahagiaan hakiki kecuali dengan pertolongan Allah Ta’ala. Maka marilah kita senantiasa memohon kepada Allah Ta’ala agar diberikan taufik dan karunia-Nya sehingga kita bisa memperoleh kebahagiaan yang sebenar-benarnya. Wallahul muwaffiq. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ’ala aalihi washahbihi wa sallama ajma’in, walhamdulillahi Rabbil ‘aalamin.
Penulis : Hasim Ikhwanudin (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
sumber : buletin muslim
»»  Baca Selengkapnya..

Dakwah Ustadz Firanda Andirja, MA.

»»  Baca Selengkapnya..

Menjadi Hamba yang Shaleh

Inti dari hidup itu tidak hanya sebatas hidup yang biasa-biasa saja tapi inti hidup itu adalah yang memiliki makna dan bermanfaat karena hidup yang berguna itulah hidup yang luar biasa. Hidupnya berguna bagi umat, berguna bagi keluarga, berguna bagi mesjid maupun berguna bangsa dan negaranya.
Rasulullah saw.,bersabda:
Sebaik-baik hamba shaleh adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya, sedangkan seburuk-buruk hamba adalah yang panjang umurnya tapi buruk amalnya.
Ingin menjadi hamba-hamba yang shaleh adalah keinginan semua orang akan tetapi di sini akan dijelaskan pengertian hamba-hamba shaleh tersebut. Bagaimana agar bisa menjadi hamba-hamba yang shaleh karena tidak semua orang yang beruntung hanya dari keinginan kita bisa menjadi hamba shaleh dan shalehah. Tapi di sana ada proses,cukup para Nabi dan Rasul berdoa
وادخلنا برحمتك فى عبادك الصالحين
Ya Allah dengan rahmat-Mu, jadikanlah atau masukkanlah kami ke dalam golongan oran
g-orang yang shaleh.
Jika para Nabi dan Rasul berdoa seperti itu, berarti menunjukkan pentingnya menjadi hamba-hamba yang shaleh dan shalehah. Tapi apa makna dari hamba shaleh dan shalehah tersebut? Bagaimana agar bisa menjadi hamba-hamba yang shaleh dan shalehah? Karena orang berfikir bahwa shaleh dan shalehah adalah hanya sebuah kata, padahal di sana ada sebuah proses, kewajiban, dan syarat-syarat yang harus dipenuhi dan disempurnakan agar menjadi benar-benar hamba yang shaleh dan shalehah.
Dan orang yang paling mulia adalah bukan manusia yang memanggilnya, iniadalah orang shaleh, atau ini adalah seorang ibu yang shalehah akan tetapi yangharus kita dapatkan adalah Allah dan para malaikat-Nya menunjukkan kepada kita,inilah hamba yang shaleh. Kalaulah malaikat sudah menjadi saksi terhadap keimanan kita adalah berarti kita sudah menjadi hamba Allah yang dikenal oleh penduduk langit bukan hanya dikenal di bumi. Itulah targetnya para ulama dan kesedihannyakalau dia dikenal dibumi bukan membuat dia senang melainkan bersedih karena diatakut kalau hanya dikenal di bumi tapi tidak dikenal oleh siapa pun di langit
sumber : syekhalijaber.
»»  Baca Selengkapnya..

Rabu, 29 Januari 2014

Jalan Kehidupan

Mengapa kita terjatuh di jalan yang datar, sementara di jalan terjal berliku kita selamat sampai tujuan? Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah karena kita kurang waspada, terlena ketika berada di zona aman dan nyaman. Begitupun kehidupan, karenanya janganlah terlena oleh keindahan dan kenyamanan dunia.
***
Seorang laki-laki terisak memprihatinkan setiap kali ia mengingat istri dan anak-anaknya. Bukan hanya malu, tapi mereka juga harus menanggung beban hidup yang tidak ringan. Kenikmatan dan kemewahan hidup yang mereka nikmati selama ini tiada lagi, bahkan untuk makan sekadar bertahan hidup saja mereka harus berjuang sendiri. Tak banyak yang bisa ia lakukan, hanya menyesali semuanya dari balik jeruji tahanan. Karir yang ia bangun dengan segala perjuangan dan pengorbanan, runtuh oleh tangannya sendiri. Ketika orang-orang mengutuk korupsi, ia justru menikmati. Kesadaran datang hanya berselang detik dengan penyesalan.
Seorang wanita muda tergugu pilu ketika menyadari bahwa laki-laki yang ia cintai telah pergi meninggalkannya. Bukan karena pihak ketiga, tapi karena ia tak bisa menempatkan sang suami pada posisi yang semestinya. Apapun yang dilakukan, ia salahkan, ia rendahkan. Terpilih dari sekian wanita yang ingin menjadi pendamping, membuat ia terlena, mengira bahwa sang laki-laki tak akan mungkin meninggalkannya. Terlebih ada utang budi di antara mereka. Unggul di banyak hal membuat ia terlupa bahwa meski laki-laki cenderung menggunakan logika, tapi ia juga mempunyai rasa.
Seorang siswa nyaris pingsan di hadapan teman-temannya ketika mendapati kata tidak lulus atas nama dirinya. Sulit dipercaya, peringkat sepuluh besar yang tak pernah lepas dari namanya ternyata bukan jaminan untuk ia mendapatkan kelulusan. Kepercayaan diri yang berlebihan mengabaikannya untuk belajar. Ada yang terlewat darinya yaitu bahwa salah satu sifat yang melekat pada manusia adalah lupa. Meski sebenarnya ujian sekolah hanya mengulang apa yang sudah pernah diajarkan, belajar harus tetap dilakukan karena otak kita butuh penyegaran.
***
Pengalaman adalah guru yang berharga dalam kehidupan. Seseorang semestinya tidak perlu jatuh dua kali di lubang yang sama. Kita harus bisa mengambil pelajaran dari sebuah kegagalan untuk meraih keberhasilan. Namun bukan sebuah ketentuan bahwa keberhasilan harus diawali dengan kegagalan. Kita bisa belajar dari pengalaman orang lain, bahkan kita bisa mengantisipasi kegagalan sebelum melakukan. Jangan pula lupakan bahwa bagian terpenting – dan juga tersulit – dari sebuah pencapaian adalah mempertahankan.
Jangan terpesona, jangan terlena oleh keindahan dan kenyamanan dunia. Tetap pertahankan kehati-hatian dan juga kewaspadaan dalam melangkah. Hati-hati bukanlah ragu-ragu, pun waspada bukanlah berburuk sangka. Bagaimanapun harus diingat bahwa ujian bukan saja ketika kita menderita, ditimpa masalah, tapi ujian juga ketika kita berbahagia. Perlu diwaspadai ketika kita merasa bahwa hidup kita tak ada masalah, sebab boleh jadi itulah masalah yang sebenarnya.
Berhati-hatilah, bukan saja saat berada di jalan terjal berliku, tapi di jalan yang datarpun harus tetap waspada, jangan sampai tersandung, terpeleset dan terjatuh justru oleh batu, pasir dan kerikil yang kecil.

Sumber: dakwatuna
»»  Baca Selengkapnya..
Assalamualaikum, Selamat Datang di blog ini